KESIMPULAN DAN REFLEKSI PEMIKIRAN KIHAJAR DEWANTARA

Dipublikasikan oleh Siti Hidayati pada

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Salam dan Bahagia untuk Bapak/Ibu guru hebat semua.

Pemikiran – pemikiran KHD sangat inspiratif dan memotivasi saya untuk berubah. Sudut pandang terhadap pendidikan harus berubah sesuai perkembangan jaman, di era 4.0 pendidik seyogyanya terus meningkatkan kompetensi untuk kemaslahatan para siswa.

 Intisari yang saya pahami dari pemikiran-pemikiran kihajar dewantara antara lain.

  1. Pendidik tidak lain adalah sebagai penuntun. Penuntun bagi siswa-siswanya sesuai kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan  dengan sifat dan bentuk lingkungan di mana anak berada dan dibesarkan dengan sosiokultur yang unik, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan isi dan irama.
  2. Pendidik  harus  bersikap ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karsa dan tut wuri handayani. Arti dari semua itu adalah di depan memberi contoh, teladan dan praktik – praktik baik lainya. Sedangkan di tengah mampu menciptakan ide, kreasi dan inovasi untuk perkembangan sikap dan pengetahuan para siswa. Terakhir Tut wuri handayani berarti pendidik memiliki sikap mampu mendorong, memotivasi dan memberi semangat, sehingga siswa dapat tumbuh, berkembang sesuai dengan kodratnya tanpa paksaan, tekanan dan hukuman yang justru akan menghambat perkembangan siswa.
  3. Pemikiran berikutnya adalah among/ ngemong. Hal ini perlu dimiliki oleh pendidik agar para siswa dapat mengeluarkan bakat, minat, kemampuan dan keterampilan yang sudah ada sesuai kodratnya menjadi lebih baik dan menjadi pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari dalam arti pendidik mampu menebalkan laku.
Ada perubahan pada diri saya setelah mempelajari modil 1.1 yaitu : 
1. Tugas pendidik itu menuntun, dan mengembangkan minat dan bakat      seperti kodratnya masing-masing.
2. Sosiobudaya dan geografis siswa menentukan pola pikir, bakat dan         minat dan inilah yang menjadi modal dasar proses pembelajaran di             sekolah. 
3.  Pendidik sebagai pamong /among
 Pendidik ngemong siswa dalam proses pembelajaran sesuai kodratnya.    Pembelajaran terfokus pada siswa/ student center bukan teacher center. 

Pemikiran-pemikiran itulah yang merubah pola pikir saya sebagai pendidik setelah mempelajari dan bertemu dengan fasilitator, pengajar praktik dan teman -teman hebat yang selalu terbuka berbagi ilmu dan pengalaman.

Dari pemahaman itulah saya mencoba mengaplikasikannya ke dalam pembelajaran di sekolah. Siswa dengan sosiokultur dan geografis yang berbeda tentu akan memiliki keanekaragaman pada saat proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Namun dengan perbedaan itulah maka saling menguatkan  dan terjadi akulturasi yang indah.

Pembelajaran dengan menggunakan teknik, model dan inovasi-inovasi yang sesuai dengan kondisi kodrat siswa sudah saya lakukan begitu juga dalam penyusunan RPP/modul ajar saya berusaha mengakomodir karakter sosiobudaya peserta didik. Pembelajaran menjadi lebih variatif, menyenangkan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai meski dengan keragaman karakter dan gaya belajar. Penyusunan RPP/modul ajar yang didahului dengan asesmen diagnostik non kognitif dapat menyelami kebiasaan peserta didik, kedekatan emosional menjadi jalan menuju pembelajaran yang humanis, kondusif dan menyenangkan.

Trimakasih pada teman-teman, pengajar praktik dan fasilitator yang sudah berbagi ilmu dan pengalaman. Semoga ini merupakan awal perubahan menuju lebih baik. Guru bergerak Indonesia maju. Berproses dengan baik Insyaalloh hasilnya akan baik. Wassalamualaikum Warahmatullohi Wabarakatuh.

Kategori: Artikel

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Avatar placeholder

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *